Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Waspada Modus Penipuan Asuransi Mengatasnamakan Bank BRI

Waspada Modus Penipuan Asuransi Mengatasnamakan Bank BRI

Waspada modus penipuan asuransi yang mengatasnamakan Bank BRI. Sudah banyak korbannya. Jangan sampai Sobat Cerita Ayah juga kena tipu, seperti yang saya alami beberapa waktu lalu.

Berawal dari nomor tak dikenal yang menghubungi. Awalnya telepon tersebut tidak saya angkat karena kondisinya saat itu saya sedang sibuk-sibuknya di kantor. Namun karena dihubungi terus menerus akhirnya telepon tersebut saya angkat juga. 

Kemudian dari ujung telepon terdengar suara seperti customer service yang mengaku dari Bank BRI. Terjadilah percakapan singkat yang tanpa saya sadari ternyata itu adalah penipuan.

Kronologi Penipuan Asuransi

Sampai setelah telepon ditutup saya belum sadar telah menjadi korban penipuan. Malamnya, menjelang tidur barulah saya teringat dengan percakapan di telepon tadi dan baru merasakan sepertinya ada yang mengganjal. Ceritalah saya ke istri.

Tadi siang waktu di kantor ada yang telepon, ngakunya dari bank BRI. Saya percaya-percaya saja karena suaranya memang seperti customer service Bank. Apalagi dia juga tahu data-data saya sebagai nasabah, mulai dari nama, alamat, nomor hp sampai nomor KTP.

Karena lagi sibuk dan ingin cepat-cepat mengakhiri telepon saya  jadi iya-iyain saja apa yang dia bilang. Beneran nggak fokus saya saat terima telepon itu. 

Makanya waktu ditanya nama ibu kandung saya juga langsung jawab saja.

Bukan ji penipuan itu kah? 

Saat cerita ke istri ini saya sudah mulai curiga namun berharap itu bukan penipuan. Masih mengira yang mengubungi saya itu benar-benar dari pihak BRI.

Coba sini mana nomornya? saya cek dulu pakai get gontact. Tanya istri.

Ini. 0221250936300. Jawabku sambil dag dig dug

Dan hasilnya,

Penipuan asuransi mengaku dari bank bri

Bisa lihat sendiri ya dari gambar di atas. 

Yes. Ternyata sudah banyak yang memberi tag bahwa itu merupakan nomor si penipu yang ngaku-ngaku dari Bank BRI padahal aselinya adalah telemarketer dari Asuransi Cigna.

Saat itu saya belum tahu kerugian apa yang bakal saya dapatkan akibat meladeni si penipu yang ngaku-ngaku dari Bank BRI itu. 

Ngarepnya sih ya nggak bakal ada kerugian apapun karena kan cuma percakapan lewat telepon. Walau ada rasa was-was tapi saya tetap berusaha positif thinking.

Sampai di suatu hari ada kurir pos yang datang ke rumah membawa surat yang ternyata itu adalah Polis Asuransi Cigna. 

Wah. Kalau sebelumnya istri saya tidak mencari tahu tentang nomor si penipu mungkin saya akan kaget menerima polis tersebut karena secara sadar saya nggak pernah mengajukan asuransi di PT Asuransi Cigna.

Lagipula sepengetahuan saya selama ini, persetujuaan apapun itu yang berkaitan dengan keuangan termasuk asuransi membutuhkan tanda tangan. 

Nah, ini kan tidak ada persetujuan tertulis, saya tidak memberikan tanda tangan. Saya hanya bicara dengan telemarketernya via telepon, itu pun si penelepon ngakunya dari bank dan sama sekali tidak menyinggung tentang asuransi.

Bagaimana bisa percakapan tersebut dianggap sebagai persetujuan yang sah? Kenapa dari bank bisa langsung dan dengan mudahnya memotong saldo rekening nasabahnya untuk membayar premi produk asuransi yang tidak disertai dengan perjanjian tertulis? Herannya lagi kenapa data pribadi saya bisa bocor ke pihak asuransi? 

Telemarketing, Persetujuan Asuransi via Telepon 

Sebelum lanjut, saya perlu ulas sedikit dulu tentang telemarketing. Jadi, telemarketing ini adalah strategi pemasaran yang biasa dilakukan oleh perusahaan asuransi dalam memasarkan produknya melalui telepon. 

Namun saya benar-benar tidak habis pikir, si telemarketer yang mengubungi saya ini sama sekali tidak menawarkan produknya, pun tidak menyinggung perihal asuransi, lalu bagaimana bisa hasil percakapan saya dengannya dijadikan bukti persetujuan?

Agak terkejut juga saat mencari tahu di internet, ternyata ada banyak orang yang menjadi korban penipuan seperti saya dengan modus yang sama. Penipuan lewat telemarketing.

Dari membaca cerita mereka lewat postingan, baru saya tahu juga ternyata percakapan saya dengan orang yang mengaku-ngaku dari Bank BRI telah direkam diam-diam artinya tanpa persetujuan saya. Hasil rekaman itulah yang kemudian dijadikan bukti persetujuan. 

Apakah sah?

Nah, ini yang perlu Sobat Ayah ketahui. Bukti persetujuan berupa rekaman telepon melalui telemarketing di mata hukum ternyata dianggap sah. Ini ada ketentuannya. Diatur dalam UU ITE pasal 1 ayat 5
Informasi Elektornik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.

Mungkin karena dipayungi dengan UU tersebut ya sehingga perusahaan asuransi tersebut memanfaatkannya untuk mencari calon nasabah sebanyak-banyaknya, bahkan dengan cara menipu sekali pun.

Sebenarnya saya tidak mempermasalahkan telemarketingnya itu. Namanya perusahaan ya, pasti butuh strategi marketing yang jitu untuk menaikkan penjualan produknya. Namun tidak harus dengan menghalalkan segala cara dong.

  • Mengambil data tanpa sepengetahuan pemiliknya adalah tindakan pencurian (hmmm, siapa pula yang membocorkan data saya)
  • Menghubungi target atau calon nasabah berkali-kali dengan spam telepon adalah tindakan yang sangat mengganggu
  • Mengaku dari pihak bank padahal sebenarnya dari telemarketer asuransi, ini adalah bentuk kebohongan
  • Merekam diam-diam pembicaraan dengan calon nasabah untuk diambil sebagai bukti persetujuan adalah tindakan ilegal dan seharusnya tidak sah di mata hukum. Apalagi jika rekaman tersebut juga sudah dimanipulasi
Ya. Caranya yang salah dan ini yang saya tidak bisa terima. Saya pasti akan membeli suatu produk jika saya tertarik atau membutuhkannya.

Namun ini, saya tidak ditawari lalu tiba-tiba produk berupa polis asuransi yang bahkan sama sekali tidak dijelaskan oleh salesnya mendarat di rumah saya dan tidak lama kemudian saldo di rekening saya terpotong untuk membayar preminya.

Semudah itu ya penipuan melalui telemarketing?

Waspada Penipuan Asuransi melalui telemarketing

Waspada modus penipuan melalui telemarketing

Saya menulis postingan ini tanpa bermaksud menjatuhkan atau menjelekkan pihak mana pun. Saya hanya menceritakan apa yang saya alami. Tujuannya tentu saja agar tidak ada lagi korban-korban lain.

Saya menganggap saya telah menjadi korban penipuan dari pihak yang telah membocorkan data pribadi saya sebagai nasabah ke pihak lain, lalu dengan modus mengatasnamakan pihak yang satu, menjerat saya dengan menanyakan data pribadi yang ternyata percakapan itu direkam lalu dijadikan sebagai bukti persetujuan. 

Dikatakan itu merupakan telemarketing tapi sebenarnya hanya modus karena di dalamnya tidak ada penawaran maupun penjelasan terkait produk. Kemudian tiba-tiba saja saya menjadi salah satu dari sekian banyak korban yang mengalami kerugian karena saldo di rekening terpotong untuk pembayaran asuransi yang tidak pernah saya ajukan secara sadar.

Namun tentunya kejadian merugikan tersebut  tidak akan saya alami jika lebih waspada dalam menerima telepon dari nomor tak dikenal. Mengangkat telepon anonim di tengah kesibukan termasuk penyebab mengapa saya bisa menjadi korban penipuan.

Pasalnya, saat itu saya berada dalam kondisi tidak fokus sehingga mudah terpancing dan mengiya-iyakan saja apa yang dibilang si penelepon demi bisa cepat-cepat mengakhiri telepon.

Di sinilah kesalahan saya. Seharusnya telepon tersebut saya abaikan saja. Kalau pun merasa terganggu karena ditelepon berkali-kali saya bisa memilih reject atau sekaligus memblokir nomor asing tersebut. Namun bodohnya, saya malah mengangkat telepon tersebut. 

Penutup

Pengalaman menjadi korban penipuan asurasi yang saya ceritakan di atas mungkin bisa jadi pelajaran juga ya buat teman-teman. Zaman sekarang memang banyak sekali modus penipuan, jadi kita kudu ekstra hati-hati.

Nah, kalau kasusnya terkait penipuan lewat telepon atau telemarketing, Sobat Cerita Ayah bisa ikuti tips berikut ini :
  • Mencegah lebih baik. Jadi sebaiknya tidak usah mengangkat nomor telepon tak dikenal. Apalagi nomor tersebut sampai melakukan spam, patut dicurigai! Biasanya sih nomor yang melakukan spam panggilan adalah telemarketing.
  • Pastikan unduh Get Contact di hape Sobat. Aplikasi ini sangat bermanfaat sekali karena bisa mendeteksi nomor tak dikenal. Jika nomor tersebut adalah penipu pasti akan langsung ketahuan dari hastag yang muncul ketika kita cek nomornya.
  • Setelah cek dan ketahuan itu adalah nomor si penipu, nggak usah pikir panjang lagi. Langsung saja blokir nomornya agar Sobat tidak terganggu dengan panggilan spam.
Itu dia beberapa tips yang bisa sampaikan berdasarkan pengalaman. Semoga dengan sharing cerita dan tips yang saya sampaikan di atas tidak ada lagi yang menjadi korban penipuan.

Memang kerugian yang saya alami tidak seberapa tapi itu lumayan banget buat jajan susu anak. Rasanya rugi saja karena saya harus merelakan saldo di rekening saya terdebet untuk membayar premi asuransi yang tidak saya butuhkan bahkan tidak saya ajukan.

Lalu setelah mengalami penipuan tersebut, tindakan apa yang saya lakukan kemudian? Tentunya saya segera mencari tahu cara membatalkan polis asuransi cigna.

Nah, saya juga bakal sharing cara membatalkan polis asuransi akibat penipuan. Bagaimana prosesnya? Apakah ribet atau tidak? Nantikan di Cerita Ayah selanjutnya ya!

See you.

2 komentar untuk "Waspada Modus Penipuan Asuransi Mengatasnamakan Bank BRI "

  1. cara membatalkannya gimana pak? tolong informasinya, saya jg sudah ditelpon persis sama caranya seperti itu

    BalasHapus
  2. Solusinya bagaimna supaya
    Saldo tdk terpotng ??

    BalasHapus